Saturday 28 September 2013

EKONOMI DAN POLITIK MEDIA


EKONOMI INDUSTRI TELEVISI BERLANGGANAN

A.    Teknologi/Jenis Televisi Berlangganan
Jenis  televisi  berlangganan ini terkait erat teknologi yang digunakan. Ketiga jenis atau teknologi  televise  berlangganan  adalah  televisi  kabel, televise satelit, dan internet protocol television (IPTV).

1.      Televisi Kabel
Televisi  kabel di Indonesia kebanayakan menggunakan teknologi hybrid fiber-coaxial (HFC). Secara sederhana, teknologi ini menggabungkan dua tipe kabel, yaitu kabel serat optic dan kabel metal biasa. Kabel serat optik membawa sinyal dari stasiun pusat hingga ke stasiun-stasiun penghubung atau hub. Dari hub, sinyal disalurkan ke rumah-rumah dengan kabel coaxial biasa. Teknologi kabel punya kelebihan pada kapasitas pengantaran data yang sangat besar serta tahan terhadap cuaca. Di Indonesia, di tahun 2009, setidaknya dua operator televisi berlangganan yang menggunakan teknologi kabel, yakni First Media dan IndosatM2 (IM2).

2.      Televisi Satelit
TV setelit mengantarkan siaran kanal-kanal televisi langsung ke satelit (direct broadcast satellite/DBS atau direct-to-home signals/DTHS) ke antenna berbentuk parabola kecil di rumah-rumah pelangggan. Di Indonesia, televisi berlangganan yang menggunakan teknologi satelit adalah Indovision dan AoraTV. Indovision menggunakan satelit Indostar-1 atau dikenal juga sebagai Cakrawala-1, yang beroperasi di zona S-Band, Telkomvision menggunakan satelit yang beroperasi di zona C-Band. Di Amerika, operator televisi berlangganan yang menggunakan satelit adalah Direct TV dan Dish Network. Keduanya menggunakan satelit VOOM yang dimiliki oleh MSO Cablevision.



3.      IPTV
IPTV adalah televise berlangganan berbasis internet. IPTV ditransmisikan lewat infrastruktur jaringan internet dan ditonton di rumah melalui peralatan penerima TV dengan tambahan suatu set top box (STB) khusus untuk IPTV. IPTV memungkinkan khalayak memesan program kepada operator (on demand) serta bersifat interaktif. Ada sejumlah layanan on demand  yang tersedia, yaitu video on demand (SVOD), free VOD (FVOD), dan everything on demand (EOD). Ada juga layanan rekaman, yaitu personal video recorder (PVR), network PVR (NPVR), dan pay per view (PPV).

B.     Pasar
Pasar televisi berlangganan adalah khalayak dan iklan, namun industry televisi berlangganan sepertinya lebih menggantungkan hidupnya pada pelanggan atau khalayal ketimbang kepada iklan.

1.      Khalayak
Share penonton Tv kabel diseluruh rumah tangga AS meningkat dari 7,2% pada tahun 1982 menjadi 31% pada 1996, sebaliknya tingkat penonton untuk TV jaringan, termasuk Fox menurun dari 69,3% pada tahun 1984 menjadi 58,9 di tahun 1994, dan penonton televisi terrestrial menurun dari 86.3% pada tahun 1984 menjadi 69,9 ditahun 1994.
Di Indonesia, pertumbuhan pelanggan televisi berlangganan berbilang pesat, ini antara lain karena biaya berlangganan makin murah. Hingga tahun 2008, biaya berlangganan antara Rp 30ribu hingga Rp300ribu per bulan. Menurut suatu data, pelanggan TV berlangganan di Indonesia tumbuh rata-rata 36% pertahun. Hingga tahun 2006, jumlah pelanggan TV berlangganan 0,7% dari total 54 juta rumah tangga. Hingga akhir tahun 2008, pelanggan Indovison sebanyak 480 ribu pelanggan, Telkomvision 220 ribu pelanggan, dan first media 125ribu pelanggan. Pada tahun 2010, jumlah pelanggan televise berlangganan diperkirakan mencapai 1,2juta orang.
Dengan iuran pelanggan rat-rata Rp300ribu per bulan, IPTV juga mulai memperlihatkan pertumbuhan pasar pelanggan. Pertumbuhan pelanggan IOTV sangat signifikan dibanding tv kabel dengan tv satelit. Menurut multimedia research group, kenaikan pelanggan IPTV kira-kira 45% pertahun. Di Indonesia, Telkom telah menjajaki kerjasama dengan PPCW Hongkong. Kerjasama itu meliputi aspek bisnis, konsultasi teknik desain, solusi pengembangan dan teknologi dan manajemen. Dengan jumlah penduduk 220juta perjiwa, Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan untuk IPTV (Broadcast Media Desember 2008).

2.      Iklan
Belanja  iklan untuk tv berlangganan di Amerika meningkat rata-rata 11,9% pertahun sejak tahun 1998. Di dua belas Negara asia fasifik, antara oktober 2003 hingga oktober 2004, menurut Nielsen Media, iklan televise berlangganan mencapai sekitar 14%. Negara tersebut adalah Korea Selatan, Cina, Hongkong, Taiwan, Filipina, India, Thailand, Malaysia, Singgapura, Indonesia, Australia, dan SlandiaBaru.
Iklan pada televisi berlangganan memang relatif kecil dibanding  pada televisi siaran atau bahkan surat kabar sekalipun, itu karena televisi berlangganan terutama menggantungkan sumber pemasukannya pada pelanggan, ketimbang pada iklan.

C.    Kepemilikan
Perusahaan televisi berlangganan di Amerika dikuasai oleh korporasi besar. Direct tv dikuasai oleh korporasi news corporation milik Rupert Murdoch, Dish network dimiliki oleh EchoStar. Di Indonesia, perusahaan atau korporasi besar tv berlangganan adalah Media Nusantara Citra (MNC) yang menguasai Indovision dan Kelompok Lippo menguasai First Media.
Kepemilikan asing pernah terjadi dalam industri televisi berlangganan di Indonesia. Astro TV, milik konglomerat Malaysia perna berinfestasi di Indonesia melalui PT. Direct vision kemudian pecah kongsi sehingga astro hengkang dari Indonesia

D.     Kompetisi
Sesama televisi berlangganan bersaing dalam hal tehnologi, audience serta content. Dalam hal teknologi, televise berlangganan bersaing dalam pelihan teknologi, apakah teknologo kabel, teknologi satelit atau IPTV.
Untuk menjaring audience sebanyak-banyaknya, televise berlangganan bersaing dalam harga berlangganan. Telkomvision menyediakan voucer prabayar antara Rp30 ribu, Indovision meluncurkan Top TV yang lebih murah dari indovision sendri, yaitu 85 ribu.
Persaingan memperebutkan content di Indonesia terlihat dalam kasus hak siar liga inggris. Ketika Astro TV mendapat hak siar Liga Utama Inggris, Telkomvision dan Indovision memprotes dan membawa kasus ini ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). KPPU memutuskan E-SPN Star Sport dan All Asia Multimedia Network sebagai penyedia siaran Liga Utama Inggris bersalah telah melakukan persaingan usaha yang tidak sehat dalam kasus ini. Keuntungan yang didapat dengan menayangkan Liga Inggris nilai transaksinya mencapai Rp50 milyard pertahun. Astro memiliki 85ribu pelanggan diasumsikan bisa merauk Rp17 milyard pertahun. Astro dapat diasumsikan bakal mengantongi Rp204 milyard pertahun, yang berasal dari pembayaran paket awal Rp150 ribu dan paket olahraga Rp50 rupiah (Tempo, 26 agustus 2007)

E.     Regulasi
Di Amerika Serikat, Federal Communication Commition (FCC) membuat batasan TV kabel menerima siaran televise jarak jauh. Pada awal tahun 1970, FCC memperkuat kebijakan dengan membuat UUD yang membatasi operator Tv kabel dalam menyiarkan film, sekilas peristiwa, dll. Tahun 1970 dikeluarkan kebijakan deregulasi bertahap untuk TV kabel. Akibatnya, aturan-aturan diperlonggar. Tahun 1984 terbit Cable Act, yang membebaska operator TV kabel menentukan harga langganan. Tahun1992, kongres menunjuk FCC mengatur harga dasar berlangganan. Ditahun yang sama FCC mengatur kepemilikan TV kabel. Tahun 1992, kongres mengesahkan Cable Television Consumer Protection and Competition act. Tahun 1994 FCC memberlakukan regulasi dimana operator TV kabel dapat menambah saluran. Pada tahun 1996, Telecommunication Act membuat perubahan bagi industry TV kabel seprti harga langganan.
Di Indonesia, TV berlanggganan di atur dalam UUD penyiaran no 32/202 pasal 25, 26, 27, 28, dan 29. UUD penyiaran mengatur bentuk badan hukum lembaga penyiaran berlangganan, sensor, penggunaan satelit dan kabel, dan sumber penghasilan.