EKONOMI INDUSTRI TELEVISI
BERLANGGANAN
A.
Teknologi/Jenis
Televisi Berlangganan
Jenis televisi
berlangganan ini terkait erat teknologi yang digunakan. Ketiga jenis
atau teknologi televise berlangganan
adalah televisi kabel, televise satelit, dan internet
protocol television (IPTV).
1.
Televisi
Kabel
Televisi
kabel di Indonesia kebanayakan menggunakan teknologi hybrid fiber-coaxial (HFC). Secara
sederhana, teknologi ini menggabungkan dua tipe kabel, yaitu kabel serat optic
dan kabel metal biasa. Kabel serat optik membawa sinyal dari stasiun pusat
hingga ke stasiun-stasiun penghubung atau hub. Dari hub, sinyal disalurkan ke
rumah-rumah dengan kabel coaxial biasa. Teknologi kabel punya kelebihan pada
kapasitas pengantaran data yang sangat besar serta tahan terhadap cuaca. Di
Indonesia, di tahun 2009, setidaknya dua operator televisi berlangganan yang
menggunakan teknologi kabel, yakni First Media dan IndosatM2 (IM2).
2.
Televisi
Satelit
TV setelit mengantarkan siaran kanal-kanal televisi
langsung ke satelit (direct broadcast satellite/DBS atau direct-to-home
signals/DTHS) ke antenna berbentuk parabola kecil di rumah-rumah pelangggan. Di
Indonesia, televisi berlangganan yang menggunakan teknologi satelit adalah Indovision dan AoraTV. Indovision
menggunakan satelit Indostar-1 atau dikenal juga sebagai Cakrawala-1, yang
beroperasi di zona S-Band, Telkomvision menggunakan
satelit yang beroperasi di zona C-Band. Di Amerika, operator televisi berlangganan
yang menggunakan satelit adalah Direct TV dan Dish Network. Keduanya
menggunakan satelit VOOM yang dimiliki oleh MSO Cablevision.
3.
IPTV
IPTV adalah televise berlangganan berbasis internet.
IPTV ditransmisikan lewat infrastruktur jaringan internet dan ditonton di rumah
melalui peralatan penerima TV dengan tambahan suatu set top box (STB) khusus untuk IPTV. IPTV memungkinkan khalayak
memesan program kepada operator (on demand) serta bersifat interaktif. Ada
sejumlah layanan on demand yang tersedia,
yaitu video on demand (SVOD), free VOD (FVOD), dan everything on demand (EOD).
Ada juga layanan rekaman, yaitu personal video recorder (PVR), network PVR
(NPVR), dan pay per view (PPV).
B.
Pasar
Pasar
televisi berlangganan adalah khalayak dan iklan, namun industry televisi
berlangganan sepertinya lebih menggantungkan hidupnya pada pelanggan atau
khalayal ketimbang kepada iklan.
1.
Khalayak
Share
penonton Tv kabel diseluruh rumah tangga AS meningkat dari 7,2% pada tahun 1982
menjadi 31% pada 1996, sebaliknya tingkat penonton untuk TV jaringan, termasuk
Fox menurun dari 69,3% pada tahun 1984 menjadi 58,9 di tahun 1994, dan penonton
televisi terrestrial menurun dari 86.3% pada tahun 1984 menjadi 69,9 ditahun
1994.
Di
Indonesia, pertumbuhan pelanggan televisi berlangganan berbilang pesat, ini
antara lain karena biaya berlangganan makin murah. Hingga tahun 2008, biaya
berlangganan antara Rp 30ribu hingga Rp300ribu per bulan. Menurut suatu data,
pelanggan TV berlangganan di Indonesia tumbuh rata-rata 36% pertahun. Hingga
tahun 2006, jumlah pelanggan TV berlangganan 0,7% dari total 54 juta rumah
tangga. Hingga akhir tahun 2008, pelanggan Indovison sebanyak 480 ribu
pelanggan, Telkomvision 220 ribu pelanggan, dan first media 125ribu pelanggan.
Pada tahun 2010, jumlah pelanggan televise berlangganan diperkirakan mencapai
1,2juta orang.
Dengan iuran pelanggan
rat-rata Rp300ribu per bulan, IPTV juga mulai memperlihatkan pertumbuhan pasar
pelanggan. Pertumbuhan pelanggan IOTV sangat signifikan dibanding tv kabel
dengan tv satelit. Menurut multimedia research group, kenaikan pelanggan IPTV
kira-kira 45% pertahun. Di Indonesia, Telkom telah menjajaki kerjasama dengan
PPCW Hongkong. Kerjasama itu meliputi aspek bisnis, konsultasi teknik desain,
solusi pengembangan dan teknologi dan manajemen. Dengan jumlah penduduk 220juta
perjiwa, Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan untuk IPTV (Broadcast Media
Desember 2008).
2.
Iklan
Belanja iklan untuk tv berlangganan di Amerika
meningkat rata-rata 11,9% pertahun sejak tahun 1998. Di dua belas Negara asia
fasifik, antara oktober 2003 hingga oktober 2004, menurut Nielsen Media, iklan
televise berlangganan mencapai sekitar 14%. Negara tersebut adalah Korea
Selatan, Cina, Hongkong, Taiwan, Filipina, India, Thailand, Malaysia,
Singgapura, Indonesia, Australia, dan SlandiaBaru.
Iklan
pada televisi berlangganan memang relatif kecil dibanding pada televisi siaran atau bahkan surat kabar
sekalipun, itu karena televisi berlangganan terutama menggantungkan sumber
pemasukannya pada pelanggan, ketimbang pada iklan.
C.
Kepemilikan
Perusahaan
televisi berlangganan di Amerika dikuasai oleh korporasi besar. Direct tv
dikuasai oleh korporasi news corporation milik Rupert Murdoch, Dish network
dimiliki oleh EchoStar. Di Indonesia, perusahaan atau korporasi besar tv
berlangganan adalah Media Nusantara Citra (MNC) yang menguasai Indovision dan
Kelompok Lippo menguasai First Media.
Kepemilikan
asing pernah terjadi dalam industri televisi berlangganan di Indonesia. Astro
TV, milik konglomerat Malaysia perna berinfestasi di Indonesia melalui PT.
Direct vision kemudian pecah kongsi sehingga astro hengkang dari Indonesia
D.
Kompetisi
Sesama
televisi berlangganan bersaing dalam hal tehnologi, audience serta content.
Dalam hal teknologi, televise berlangganan bersaing dalam pelihan teknologi,
apakah teknologo kabel, teknologi satelit atau IPTV.
Untuk menjaring
audience sebanyak-banyaknya, televise berlangganan bersaing dalam harga
berlangganan. Telkomvision menyediakan voucer prabayar antara Rp30 ribu,
Indovision meluncurkan Top TV yang lebih murah dari indovision sendri, yaitu 85
ribu.
Persaingan
memperebutkan content di Indonesia terlihat dalam kasus hak siar liga inggris.
Ketika Astro TV mendapat hak siar Liga Utama Inggris, Telkomvision dan
Indovision memprotes dan membawa kasus ini ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU). KPPU memutuskan E-SPN Star Sport dan All Asia Multimedia Network
sebagai penyedia siaran Liga Utama Inggris bersalah telah melakukan persaingan
usaha yang tidak sehat dalam kasus ini. Keuntungan yang didapat dengan
menayangkan Liga Inggris nilai transaksinya mencapai Rp50 milyard pertahun.
Astro memiliki 85ribu pelanggan diasumsikan bisa merauk Rp17 milyard pertahun.
Astro dapat diasumsikan bakal mengantongi Rp204 milyard pertahun, yang berasal
dari pembayaran paket awal Rp150 ribu dan paket olahraga Rp50 rupiah (Tempo, 26
agustus 2007)
E.
Regulasi
Di
Amerika Serikat, Federal Communication Commition (FCC) membuat batasan TV kabel
menerima siaran televise jarak jauh. Pada awal tahun 1970, FCC memperkuat
kebijakan dengan membuat UUD yang membatasi operator Tv kabel dalam menyiarkan
film, sekilas peristiwa, dll. Tahun 1970 dikeluarkan kebijakan deregulasi
bertahap untuk TV kabel. Akibatnya, aturan-aturan diperlonggar. Tahun 1984
terbit Cable Act, yang membebaska operator TV kabel menentukan harga langganan.
Tahun1992, kongres menunjuk FCC mengatur harga dasar berlangganan. Ditahun yang
sama FCC mengatur kepemilikan TV kabel. Tahun 1992, kongres mengesahkan Cable
Television Consumer Protection and Competition act. Tahun 1994 FCC
memberlakukan regulasi dimana operator TV kabel dapat menambah saluran. Pada
tahun 1996, Telecommunication Act membuat perubahan bagi industry TV kabel
seprti harga langganan.
Di Indonesia, TV
berlanggganan di atur dalam UUD penyiaran no 32/202 pasal 25, 26, 27, 28, dan
29. UUD penyiaran mengatur bentuk badan hukum lembaga penyiaran berlangganan,
sensor, penggunaan satelit dan kabel, dan sumber penghasilan.